Rabu, 20 Februari 2013
NABI MUHAMMAD S.A.W Dengan Pengemis buta
“Wahai saudaraku! Jangan engkau dekati Muhammad itu. Dia orang gila. Dia
pembohong. Dia tukang sihir. Jika engkau mendekatinya, engkau akan
dipengaruhinya dan engkau akan menjadi seperti dia,” kata seorang pengemis buta
Yahudi berulang-ulang kali di satu sudut pasar di Madinah pada setiap pagi
sambil tangannya menadah meminta belas orang yang lalu-lalang.
Orang yang lalu-lalang di pasar itu ada yang menghulurkan sedekah kerana
kasihan malah ada juga yang tidak mempedulikannya langsung.
Pada setiap pagi, kata-kata menghina Rasulullah SAW itu tidak lekang daripada
mulutnya seolah-olah mengingatkan kepada orang ramai supaya jangan terpedaya
dengan ajaran Rasulullah SAW. Seperti biasa juga, Rasulullah SAW ke pasar
Madinah. Apabila baginda sampai, baginda terus mendapatkan pengemis buta Yahudi
itu lalu menyuapkan makanan ke mulutnya dengan lembut dan bersopan tanpa berkata
apa-apa.
Pengemis buta Yahudi yang tidak pernah bertanya siapakah yang menyuapkan itu
begitu berselera sekali apabila ada orang yang baik hati memberi dan menyuapkan
makanan ke mulutnya.
Perbuatan baginda itu dilakukannya setiap hari sehinggalah baginda wafat.
Sejak kewafatan baginda, tidak ada sesiapa yang sudi menyuapkan makanan ke mulut
pengemis itu setiap pagi.
Pada satu pagi, Saidina Abu Bakar ra pergi ke rumah anaknya, Siti Aisyah yang
juga merupakan isteri Rasulullah SAW untuk bertanyakan sesuatu kepadanya.
“Wahai anakku Aisyah, apakah kebiasaan yang Muhammad lakukan yang aku tidak
lakukan?”, tanya Saidina Abu Bakar ra sebaik duduk di dalam rumah Aisyah.
“Ayahandaku, boleh dikatakan apa sahaja yang Rasulullah lakukan, ayahanda
telah lakukan kecuali satu,” beritahu Aisyah sambil melayan ayahandanya dengan
hidangan yang tersedia.
“Apakah dia wahai anakku, Aisyah?”
“Setiap pagi Rasulullah akan membawa makanan untuk seorang pengemis buta
Yahudi di satu sudut di pasar Madinah dan menyuapkan makanan ke mulutnya. Sejak
pemergian Rasulullah, sudah tentu tidak ada sesiapa lagi yang menyuapkan makanan
kepada pengemis itu,” beritahu Aisyah kepada ayahandanya seolah-olah kasihan
dengan nasib pengemis itu.
“Kalau begitu, ayahanda akan lakukan seperti apa yang Muhammad lakukan setiap
pagi. Kamu sediakanlah makanan yang selalu dibawa oleh Muhammad untuk pengemis
itu,” beritahu Saidina Abu Bakar ra kepada anaknya.
Pada keesokan harinya, Saidina Abu BAkar ra membawakan makanan yang sama
seperti apa yang Rasulullah SAW bawakan untuk pengemis itu sebelum ini. Setelah
puas mencari, akhirnya beliau bertemu juga dengan pengemis buta itu. Saidina Abu
Bakar ra segera menghampiri dan terus menyuapkan makanan ke mulut pengemis
itu.
“Hei… Siapakah kamu? Berani kamu menyuapku?” Pengemis buta itu mengherdik
Saidina Abu Bakar ra. Pengemis buta itu terasa lain benar perbuatan Saidina Abu
Bakar ra itu seperti kebiasaan.
“Akulah orang yang selalu menyuapmu setiap pagi,” jawab Saidina Abu Bakar ra
sambil memerhatikan wajah pengemis buta itu yang nampak marah.
“Bukan! Kamu bukan orang yang selalu menyuapku setiap pagi. Perbuatan orang
itu terlalu lembut dan bersopan. Aku dapat merasakannya, dia terlebih dahulu
akan menghaluskan makanan itu kemudian barulah menyuap ke mulutku. Tapi kali ini
aku terasa sangat susah aku hendak menelannya,” balas pengemis buta itu lagi
sambil menolak tangan Saidina Abu Bakar ra yang masih memegang makanan itu.
“Ya, aku mengaku. Aku bukan orang yang biasa menyuapmu setiap pagi. Aku
adalah sahabatnya. Aku menggantikan tempatnya,” beritahu Saidina Abu Bakar ra
sambil mengesat air matanya yang sedih.
“Tetapi ke manakah perginya orang itu dan siapakah dia?”, tanya pengemis buta
itu.
“Dia ialah Muhammad Rasulullah. Dia telah kembali ke rahmatullah. Sebab
itulah aku yang menggantikan tempatnya,” jelas Saidina Abu Bakar ra dengan
harapan pengemis itu berpuas hati.
“Dia Muhammad Rasulullah?”, kata pengemis itu dengan suara yang terkedu.
“Mengapa kamu terkejut? Dia insan yang sangat mulia,” beritahu Saidina Abu
Bakar ra. Tidak semena-mena pengemis itu menangis sepuas-puasnya. Setelah agak
reda, barulah dia bersuara.
“Benarkah dia Muhammad Rasulullah?”, pengemis buta itu mengulangi
pertanyaannya seolah-olah tidak percaya dengan berita yang baru didengarnya
itu.
“Ya benar. Kamu tidak percaya?”
“Selama ini aku menghinanya, aku memfitnahnya tetapi dia sedikit pun tidak
pernah memarahiku malah dia terus juga menyuap makanan ke mulutku dengan sopan
dan lembut. Sekarang aku telah kehilangannya sebelum sempat memohon ampun
kepadanya,” ujar pengemis itu sambil menangis teresak-esak.
“Dia memang insan yang sangat mulia. Kamu tidak akan berjumpa dengan manusia
semulia itu selepas ini kerana dia telah pun meninggalkan kita,” beritahu
Saidina Abu Bakar ra.
“Kalau begitu, aku mahu kamu menjadi saksi. Aku ingin mengucapkan kalimah
syahadah dan aku memohon keampunan Allah,” ujar pengemis buta itu.
Selepas peristiwa itu, pengemis itu telah memeluk Islam
di hadapan Saidina Abu Bakar ra. Keperibadian Rasulullah SAW telah memikat jiwa
pengemis itu untuk mengakui ke-Esaan Allah..
Senin, 21 Januari 2013
kisah WALI BARSESO
Kisah Barseso
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu menceritakan, ada seorang ahli zuhud bernama Barseso. Dia beribadah dalam kuil selama tujuh puluh tahun yang tidak pernah bermaksiat sedikitpun. Lalu iblis ingin menggoda dengan ilmu hilah (rekayasa), maka pada suatu saat dia mengumpulkan para pembesar setan dan berkata, “Adakah di antara kalian yang mampu merusak Barseso?” Setan putih berkata kepada Iblis, “Saya sanggup merusaknya.” Lalu ia berangkat ke tempat Barseso dengan mengenakan pakaian ulama dan mengenakan sesuatu di atas kepalanya, lalu datang ke kuil Barseso dan memanggilnya. Tetapi dia tidak menjawabnya.
Barseso tidak berhenti dari beribadah kecuali setiap sepuluh hari sekali. Tatkala setan putih tak mampu mengambil perhatian Barseso, maka dia berpura-pura shalat dan beribadah di dalam kuil itu. Maka setelah Barseso selesai dari shalat dan ibadahnya, dan ingin beranjak keluar, dia melihat setan putih itu tampil seperti ulama yang sedang shalat dan beribadah dengan bentuk yang sangat bagus. Lalu Berseso bertanya kepadanya, “Kamu tadi memanggilku sementara aku sedang sibuk shalat, apa yang kamu perlukan?”
Dia menjawab, saya ingin bersamamu untuk belajar ilmu dan menirukan amalmu serta kita bersama beribadah sehingga aku bisa mendoakanmu dan kamu juga mendoakanku.”
Barseso berkata, “Saya tidak bisa bersamamu, jika kamu seorang mukmin, maka kamu mendapatkan bagian dari doaku yang kutujukan bagi semua orang mukmin.” Kemudian dia beranjak shalat dan meninggalkan setan itu. Maka setan itu pun beranjak shalat dan setelah itu Barseso tidak menoleh kepadanya selama empat puluh hari.
Setelah Barseso selesai shalat, dia melihat setan sedang berdiri shalat. Tatkala dia melihat kesungguhannya, maka dia berkata kepadanya, “Apa yang kamu butuhkan?” Setan menjawab, “Saya ingin kamu memberi izin kepadaku untuk naik ke kuil bersamamu.” Lalu dia memberi izin naik di kuil dan beribadah bersama Barseso beberapa waktu, tidak berbuka dan tidak berhenti dari ibadah kecuali setelah empat puluh hari bahkan terkadang sampai delapan puluh hari. Maka tatkala melihat kesungguhan dia dalam beribadah, Barseso merasa rendah hati berada di hadapannya dan kagum terhadap kehebatan ibadah setan putih itu. Dan setelah lama beribadah bersama Barseso, setan berkata kepadanya, “Saya ingin pergi karena saya memiliki teman selain kamu. Saya mendapat berita kamu lebih baik daripadanya, ternyata saya mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan perkiraan saya sebelumnya.”
Kemudian Barseso merasakan sesuatu yang besar dalam batinnya sehingga tidak mau berpisah dengannya karena dianggap lebih baik ibadahnya daripada dirinya.
Ringkas cerita, pada saat berpisah, setan mengajari Barseso doa-doa untuk menyembuhkan orang sakit dan gila. Kemudian setan putih itu mengganggu seorang gadis Bani Israil yang memiliki tiga saudara laki-laki. Dahulu bapak mereka adalah raja, setelah bapaknya meninggal, ia digantikan saudara laki-lakinya, yaitu paman gadis itu. Setan menyiksa dan mencekik gadis tersebut. Lalu setan datang kepada keluarga tersebut dan mengabarkan tentang Barseso yang mampu mengobatinya. Setan menyaratkan agar gadis itu ditinggal bersama Barseso dan mempercayakan kepadanya karena dia seorang ahli ibadah.
Pada awalnya Barseso menolak gadis itu untuk dititipkan padanya. Namun akhirnya, saudara-saudaranya membuatkan kuil dekat kuil Barseso dan meninggalkan saudara gadisnya di sana.
Setelah selesai shalat, Barseso melihat ada gadis cantik berada di dekatnya. Maka dia mulai jatuh hati dan tergoda. Lalu setan mengganggu gadis itu, lalu Barseso berdoa dengan doa yang diajarkan setan dahulu. Setan itupun keluar dan pergi dari gadis itu. Kemudian dia mulai shalat lagi, setan itu datang kembali dan mengganggu sang gadis. Maka tanpa sengaja tubuh gadis itu terbuka dan setan membisikkan Barseso, “Gaulilah gadis itu dan setelah itu kamu bisa bertaubat.” Dan setan pun berhasil, Barseso menggauli gadis tersebut sehingga gadis itu hamil dan terlihat mengandung.
Kemudian setan berkata kepada Barseso, “Celaka kamu Barseso, bila perbuatanmu itu terungkap. Maukah kamu membunuhnya dan setelah itu kamu bisa bertaubat. Dan apabila keluarganya menanyakan, maka katakan pada mereka bahwa gadis itu dibawa kabur oleh setan yang telah mengganggunya dan kamu tidak kuasa melawannya.” Maka Barseso masuk ke tempat gadis itu dan membunuhnya, lalu dikuburkan di lerang gunung. Pada saat Barseso mengubur gadis itu, setan datang dan menarik ujung pakaian gadis itu sehingga tidak tertimbun tanah dan nampak. Kemudian Barseso kembali ke kuil dan beribadah, tiba-tiba ketiga saudara gadis itu datang untuk menjenguk adik mereka. Mereka menanyakan keadaannya, “Wahai Barseso, apa yang telah kamu lakukan terhadap adik kami?” Dia menjawab, “Setan datang dan aku tidak mampu melawannya.” Maka mereka percaya dan pulang. Pada saat malam hari dalam suasana duka, setan datang dalam mimpi saudara gadis itu yang paling besar dan memberitahukan kejadian yang menimpa adiknya. Namun, orang tersebut tidak mempercayai mimpi itu dan meyakininya berasal dari setan. Setelah tiga malam berturut-turut datang dalam mimpi saudara paling besar tadi, namun tidak dihiraukan maka setan mendatangi kakak yang kedua dan ketiga, memberitahukan seperti yang disampaikan kepada kakak yang pertama. Kemudian ketiganya saling menceritakan apa yang dilihat dalam mimpi mereka dan ternyata sama. Lalu setan mendatangi mereka dan memberitahukan tempat dikuburnya adik mereka dengan ujung pakaiannya yang masih kelihatan. Lalu mereka pergi ke tempat yang ditunjukkan setan dan mendapati apa yang diberitakan olehnya.
Kemudian mereka pulang kepada keluarga dan familinya, lalu mendatangi kuil Barseso dengan membawa linggis dan kapak. Mereka menghancurkan kuil Barseso dan menangkapnya lalu dibawa di hadapan raja. Setan kembali membisiki Barseso, “Kamu membunuhnya kemudian kamu ingkar, akuilah perbuatan itu,” sehingga akhirnya Barseso mengakui perbuatannya. Lalu sang raja menjatuhkan hukuman mati kepadanya dengan disalib di kayu.
Pada saat disalib, setan putih mendatanginya. Lalu setan menawarkan bantuan untuk menyelamatkannya dengan bersujud kepada setan. Barseso menyetujuinya dan bersujud kepadanya. Setelah itu setan pun meninggalkannya dan berujar, “Wahai Barseso! Inilah yang saya kehendaki darimu. Akhirnya kamu mengikutiku dan kafir terhadap Tuhanmu. Sesungguhnya aku berlepas diri dari perbuatanmu dan aku takut terhadap Tuhan semesta alam.” Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Al-Hasyr: 16-17,
كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ
“Seperti (bujukan) syaitan ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam". Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang dzalim.” (Diringkas dari Mashaibul Insan min Makaid syaithan oleh Syaikh al-Maqdisi al-Hanafi, Imam Thabari menyebutkan kisah Barseso ini dalam tafsirnya QS. Al-Hasyr: 16-17 dari jalur Ibnu Mas’ud, Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa Nihayah Juz II)
Langganan:
Postingan (Atom)